Sedari dulu, madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang sudah ada di Indonesia sejak masa penjajahan Belanda, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan intelektual peserta didik. Namun di era digital dimana komunikasi dan teknologi berkembang sangat pesat, madrasah menghadapi tantangan yang tidak bisa diabaikan. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di satu sisi memberikan peluang besar untuk peningkatan kualitas pendidikan di madrasah, namun di sisi lain menjadi tantangan yang harus dihadapi untuk mencetak generasi yang tetap ber-akhlakul karimah.
Sejak berdiri pada tahun 1952, MTSN 1 Polewali Mandar telah menjadi rumah bagi ribuan siswa yang ingin mendalami ilmu agama dan umum. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi digital, madrasah kita perlu beradaptasi agar tetap relevan dan mampu mencetak lulusan yang siap menghadapi tantangan abad 21. Keberadaan jaringan internet di MTSN 1 Polewali Mandar tahun 2009 merupakan langkah awal dalam upaya memanfaatkan teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak wabah virus Corona di tahun 2020, MTsN 1 Polewali Mandar telah berupaya untuk mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Namun, pemanfaatannya belum optimal dan perlu ditingkatkan lagi.
Berikut beberapa tantangan yang dihadapi MTsN 1 Polewali Mandar saat ini:
- Fasilitas laboratorium komputer yang belum memadai, seperti perangkat komputer yang masih terbatas jumlahnya dengan spesifikasi yang sudah cukup usang, prosesor yang lambat, kapasitas RAM yang kecil, dan hard drive yang berkapasitas rendah.
- Proyektor yang dapat digunakan guru di dalam kelas untuk mendukung pembelajaran berbasis digital juga hanya ada satu unit, yang tidak mungkin digunakan secara bergantian.
- Kualitas jaringan internet yang tidak stabil atau kecepatan yang lambat di titik-titik lokasi tempat peserta didik tinggal, terutama di daerah pegunungan yang dapat menghambat akses terhadap sumber belajar online dan aplikasi pembelajaran.
- Terdapat kesenjangan digital, dimana tidak semua guru memiliki akses yang sama terhadap perangkat teknologi dan internet yang memadai. Hal ini dapat menghambat mereka dalam mempelajari dan mengoperasikan berbagai aplikasi serta platform pembelajaran digital.
- Beberapa guru kurang termotivasi untuk belajar teknologi baru karena berbagai alasan, seperti usia, beban kerja yang tinggi, atau kurangnya dukungan dari lingkungan kerja.
- Masih terdapat peserta didik yang tidak memiliki ponsel pintar sebagai sarana belajar daring dan kuota data terbatas.
- Terbatasnya Pembelajaran daring, akibat jaringan internet yang tidak stabil, adanya peserta didik yang tidak memiliki ponsel pintar atau kuota data yang terbatas, sehingga mereka kesulitan mengakses materi pembelajaran, sementara guru tidak dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal. Aplikasi Whatssapp menjadi solusi agar proses pembelajaran, disamping tidak memakan kuota data yang terlalu banyak, juga mudah diakses serta seLuruh warga madrasah dapat menggunakan aplikasi ini.
- Adanya ketimpangan akses digital. Kesenjangan digital memperburuk situasi. Guru yang tidak memiliki perangkat atau kemampuan teknologi sulit memberikan pembelajaran daring secara efektif. Hal ini membuat peserta didik kesulitan mendapatkan pengalaman belajar yang merata.
- Motivasi Belajar Menurun. Guru yang kurang termotivasi untuk belajar teknologi baru cenderung hanya menggunakan metode tradisional dalam pembelajaran daring, sehingga peserta didik kehilangan semangat karena materi yang kurang interaktif.
- Rendahnya Penguasaan Teknologi oleh Siswa. Dengan perangkat yang usang dan kurangnya fasilitas, siswa tidak mendapat pengalaman memadai dalam menggunakan teknologi, yang berdampak pada keterampilan digital mereka.
Adapun
solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi masalah-masalah di atas di
antaranya:
- Madrasah bisa mengajukan bantuan dana atau hibah untuk pengadaan komputer baru, proyektor tambahan, dan perbaikan jaringan internet.
- Mengadakan pelatihan teknologi berbasis kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi guru, dengan mempertimbangkan usia dan tingkat kesibukan mereka. Sebenarnya Kemenag memiliki program PINTAR sebagai sarana peningkatan kompetensi guru. Namun karena model pembelajaran yang bersifat daring, seringkali program ini hanya dijadikan fasilitas untuk untuk mendapatkan sertifikat untuk kebutuhan laporan e-kinerja guru.
- Madrasah dapat bekerja sama dengan pemerintah atau operator seluler untuk memanfaatkan program bantuan kuota internet dari pemerintah atau meminta kerja sama dengan operator seluler untuk menyediakan paket internet gratis atau murah khusus untuk peserta didik.
- Madrasah juga dapat menyiapkan hotspot gratis di sekolah atau tempat strategis lain yang dapat diakses oleh peserta didik dengan aman. Namun hal ini harus dibarengi dengan aturan penggunaan ponsel yang ketat, misalnya hanya terbatas pada saat proses pembelajaran karena hotspot gratis seringkali disalahgunakan peserta didik untuk mengakses game atau membuka aplikasi-aplikasi yang tidak berhubungan dengan pembelajaran.
- Mendorong peserta didik untuk belajar secara kelompok dengan teman yang memiliki perangkat dan akses internet. atau guru dapat menggunakan Pembelajaran Hybrid dengan menggabungkan model daring untuk peserta didik yang memiliki akses dengan model luring (tatap muka atau pengumpulan tugas fisik) bagi peserta didik yang tidak memiliki perangkat.
Posting Komentar untuk "PROBLEMATIKA INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS DIGITAL & SOLUSINYA DI MTSN 1 POLEWALI MANDAR"