Original Story : Wilda
Sekali lagi dia berdiri di depan butik
itu. Mengamati setiap lekuk tubuh manekin yang
mengenakan gaun putih panjang berenda. “gaun pengantin yang sangat
indah”. Kesekian kalinya juga dia menggumamkan hal yang sama di tempatnya
berdiri.
“Ayolah Shita, jangan lagi di butik
itu” suara nyaring sedikit menggerutu terdengar dari belakang gadis yang
bernama Shita itu.
“Tapi ini gaun yang luar biasa yang
pernah kulihat” Jawabnya tanpa memalingkan mata dari manekin berbusana
pengantin di depannya.
“ Memang sudah ada berapa gaun
pengantin yang pernah kamu lihat? Ayo,, nanti ibu marah jika belanjanya terlalu
lama” Rosa menarik tangan Shita menjauh dari butik yang khusus menjual dan
menyewakan gaun pengantin itu.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 16.30.
Shita dan Rosa kelihatan begitu kerepotan dengan segala macam belanjaan yang
mereka bawa. Lampu hijau sudah mulai berubah merah.
“Ayo shita !! keburu lampunya hijau
lagi. Berat nih!!” Rosa dengan jinjingan besarnya berteriak-teriak di tengah
kerumunan orang yang mengantri di zebra cross.
Shita bagai Kerbau yang dicucuk
hidungnya menurut saja. Mencari celah di antara padatnya arus manusia. Sesekali
ekor matanya melihat ke arah butik tersebut. Entah kenapa, seolah ada
suara-suara dibenaknya yang memanggilnya untuk kembali.
“aarrrggghhhh…” lagi-lagi Rosa
menggerutu. “Kubis dan wortelnya ketinggalan. Kenapa tidak mengingatkanku
Shita?!”
“Itu ehh….” Shita kelabakan dengan
semprotan Rosa tepat dekat kupingnya. Pikirannya belum bisa fokus.
“Kamu tunggu di sini, dan jaga
belanjaan. Jangan kembali ke sana lagi seperti dulu”. Rosa memperingatkan Shita
dan buru-buru menyebrang kembali setelah lampu merah menyala. Melewati manekin
yang selalu dipandangi adiknya, ada sedikit rasa aneh yang muncul. Sayup-sayup di kejauhan terdengar bunyi
sesuatu namun tidak diperdulikannya. Pikirannya tertuju pada toko tempat barang
belanjaannya ketinggalan.
“Sebentar lagi tutup” Bisiknya sambil
mempercepat langkah.
Jam berdentang 11 kali. Kezia sudah
hendak bersiap-siap pulang. Semua karyawannya telah meninggalkan butik itu
sejam lalu. Akhir-akhir ini pelanggan memang sedikit. Tanggal pernikahan
terkadang memiliki musim tersendiri. Tiba-tiba matanya terpaku pada sesosok
gadis di depan manekin bergaun pengantin putih.
“Seorang gadis muda sendiri jam
segini…” Bisiknya pelan. Mungkin calon pelanggan. Walau terasa janggal, hatinya
tetap berharap. Dibukanya pintu butik dan dihampirinya gadis yang matanya masih
belum lepas dari gaun tersebut.
“Gaun yang cantik. Ini desain khusus”.
Katanya melancarkan strategi pemasaran. Gadis itu tidak menyahut. Seolah-olah hanya
dirinyalah yang ada di tempat itu.
“Aku ingin membelinya” Akhirnya keluar
juga suara dari mulut gadis tsb. Kezia merasakan ada sensasi aneh menyelimuti
dirinya. Ditatapnya wajah pucat didepannya
itu seolah tidak percaya. Namun bayangan akan uang banyak begitu memenuhi
pikirannya. “Ini rejeki nomplok” Batinnya kegirangan.
“Mbak, mari kita ke dalam. Saya masih
bisa menunggu untuk ini”
“Aku ingin mencoba gaun itu” Pinta
gadis itu setibanya di dalam. Tanpa menjawab Kezia mengambil gaun yang dimaksud. Terasa sedingin es ketika
Kezia tidak sengaja menyentuh kulit si gadis. Ada sedikit perasaan mencekam.
“Nah, kamu akan menjadi pengantin tercantik dengan…” ucapan Kezia terpotong
karena entah bagaimana bisa, begitu berbalik gadis itu sudah menyodorkan
setumpuk uang. Kezia menerima uang tsb dan menghitungnya. Jumlahnya sesuai
dengan harga yang terpasang di gaun itu.
“Baiklah aku tinggal sebentar” Kezia mohon
pamit untuk menyimpan uangnya di brankas yang hanya dijawab dengan anggukan.
Kezia terkejut begitu mendapati gadis itu sudah tidak ada di tempatnya.
“Mungkin terburu-buru karena sudah larut” Batin Kezia mencoba memberi alasan
meski dia merasa aneh.
Keesokan harinya telepon berdering di
meja kerja Kezia. “Halo Kei,,kemarin sore adik teman kerjaku tewas tertabrak
mobil di jalan dekat butikmu. Yang ingin kutanyakan padamu, kenapa bisa pagi
ini kami menemukan gaun pengantin berlabel butikmu di makamnya?”
Posting Komentar untuk "Pelanggan Terakhir"